Sunyi Sepi di Balik Tembok
“Baiklah para
pendengar setia, lagu-lagu kenangan telah saya putarkan menemani malam minggu
pendengar setia, naah... kini tiba waktunya Merly undur suara dari ruang dengar pendengar setia, tapi jangan khawatir Merly akan kembali lagi besok di jam yang
sama, selamat istirahat dan semoga mimpi indah,,, byee ..!”
Merly lega tak ada telepon misterius malam ini, beberapa minggu terakhir tiap siaran malam selalu ada telepon misterius entah dari mana
dan siapa dia. Merly pamitan dengan rekan-rekan kerjanya.
Sudah jam 11 malam, Merly harus jalan kaki sampai ujung
gang, motor yang rusak tadi sore belum selesai diperbaiki, jam segini susah
mendapat ojek, ia harus berjalan sampai dekat jalan besar supaya cepat mendapat ojek.
Suasana sunyi sepi, hanya ada beberapa kucing liar yang
berlalulalang. Lampu jalan yang mati menambah kegelapan malam ini, dari
kejauhan seseorang berjalan dari arah berlawanan, Merly tetap tenang dan berjalan santai.
Mereka berpapasan, tanpa menyapa tanpa melirik, Merly
menundukkan kepalanya, tak terjadi sesuatu, semua baik-baik saja, sampai beberapa
jarak yang belum jauh, seseorang menarik tangannya.
Merly kaget dan hampir berteriak, namun mulutnya
terbungkam telapak tangan, tubuhnya tak dapat bergerak dalam pelukan seseorang
yang tubuhnya lebih besar dan kuat. Ia terseret ke semak-semak belakang gedung besar yang kosong, Merly dihempaskan ke tembok yang menjulang tinggi tanpa pencahayaan.
Dalam balik tembok itu Merly memasrahkan diri, sesuatu
mencabik-cabik tubuhnya, perlawanan yang ia lakukan tak berarti apa-apa,
suasana tetap sunyi sepi, ia berusaha mengigit dan menendang, pandangannya buyar, sesaat ia tak
sadarkan diri, kepalanya dibenturkan ke tembok, darah mengalir melintasi wajahnya. Tak ada yang tahu sesuatu telah terjadi, dan suasana tetap sunyi sepi.
#Yogyakarta/23/November/2017
Syta dwy riskhi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar